Sekilas
Tentang Modernisasi
Pada
hakekatnya modernisasi termasuk bagian penting dari proses sosial. Moderniasi
sering diartikan sebagai perubahan total dari masyarakat tradisional menuju
suatu masyarakat yang maju. Tradisional adalah kebiasaan yang diajarkan secara
turun-temurun yang memiliki ciri khas dan karakteristik daerah tertentu. Adapun
faktor yang menyebabkan terjadinya perubahan kebudayaan dan sosial ekonomis
masyarakat dibelbagai belahan bumi ialah proses modernisasi. Dengan hadirnya
modernisasi akan dapat membawa perubahan dengan harapan bahwa perubahan ini
akan dapat menghasilkan pelbaikan nasib. Pengaruh modernisasi dalam bidang
kesenian adalah tampilnya ragam jenis seni yang bermuara pada pemanfaatan
kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi modern itu sendiri seperti yang
ditemukan dalam seni pertunjukan kontemporer.
Seni
Pertunjukan Kontemporer
Seni
adalah ilmu pengetahuan. Pertunjukan adalah Keseniannya atau hasilnya. Seni pertunjukan
adalah penggabungan dari pelbagai ragam seni antara
lain Teater Kontemporer, Tari kontemporer, Musik Kontemporer. Kontemporer tumbuh
dan berkembang pada masa re-naisance (kelahiran
kembali) kontemporer Berasal dari
kata tempo atau waktu pada masa kini
atau dewasa ini. Berbicara masalah kontemporer konteksnya lebih kepada kekinian
atau modern. Dalam seni pertunjukan modern cerita klasik tersebut di rombak,
memutar balikan fakta sesuai konteks kekinian, dan perubahannya bisa saja
dilihat dari perubahan kostum, sett, properti, lakon, make up, dan bahasa. Pemeranan
yang tidak lagi melihat latar belakang waktu, tempat dan peristiwa lampau melainkan
peristiwa kekinian. Tetapi konvensi masa lalu tidak dibuang melainkan sebagai
dasar pijakan, Dunia seni pertunjukan kontemporer membebaskan sutradara, kreografer
dan komposer berhadapan dengan hampir semua kehidupan tanpa batas, yang
membawanya pada kegelisahan eksistensial yaitu kegelisahan sebagai tantangan
yang mendebarkan. Bukankah kesenian itu tidak pernah berdiri lepas dari
masyarakatnya? sebagai salah satu bagian yang penting dari kebudayaan kita,
kesenian adalah ungkapan kreativitas dari kebudayaan itu sendiri. Masyarakat
yang menyangga kebudayaan - dan dengan demikian juga kesenian – mencipta,
memberi peluang untuk bergerak, memelihara, menularkan, mengembangkan dan
kemudian menciptakan kebudayaan baru lagi. (Umar Kayam; 1980:38-39). Dalam kontemporer tidak ada pertanyaan
yang terjawab secara otomatis, tidak ada gaya yang wajib dianut, tidak ada
penafsiran yang selalu benar. Jean Paul Sartre mengatakan bahwa manusia
mendapat hukuman dengan hidup secara bebas. Dalam konteks pertunjukan, teater
kontemporer kita temukan dalam lakon klasik. Seperti halnya
di Negeri Eropa kita mengenal kisah cinta “Romeo
dan Juliet” yang melalui peperangan dan pertumpahan darah, pada akhirnya
Romeo dan Juliet mati bunuh diri dengan meminum racun karena cinta mereka
terhalang oleh perbedaan kelas. Tetapi jauh
sebelum itu di tanah Kaili juga memiliki kisah cinta, yang dikenal dengan mitologi
“Tomanuru”, Dalam mitos tersebut dikisahkan bahwa perempuan jelmaan dewa yang
disebut Tomanuru itu diperistri oleh Tomalanggai yang kemudian melahirkan
seorang anak yang mewarisi kepemimpinan ayahnya. Karena kesaktian dan
kepemimpinannya, anak hasil perkawinan Tomalanggai dan Tomanuru itu diberi
gelar Tobaraka atau orang yang sakti. Di bawah kepemimpinan tunggal Tobaraka
inilah kekuasaan kediktatoran mulai berubah dan menjadi cika-bakal dari lahirnya
kerajaan-kerajaan di tanah Kaili. Peralihan kekuasaan antara periode
Tomalanggai dan periode Tomanuru tidak melalui suatu peperangan dan pertumpahan
darah, tetapi melalui perkawinan di antara mereka. Keturunan dari hasil
perkawinan tersebut yang kemudian dipercaya menjadi pemimpin kerajaan-kerajaan
di tanah Kaili selanjutnya.
Tentang
Periode Era Pra Sejarah
Tomalanggai
dan Tomanuru
Periode
era prasejarah ini muncul sebelum adanya masa kerajaan-kerajaan. Sejarah adalah
sebuah peristiwa masa lampau. Secara harfiah kisah Tomalanggai dan Tomanuru
sudah ada jauh sebelum adanya raja dan kerajaan-kerajaan di tanah Kaili. Dalam
tulisan dan penelitian sejarah, periode era prasejarah to ri Kaili terbagi
dalam dua periode, yakni periode Tomalanggai dan Periode Tomanuru. Pada periode
Tomalanggai kekuasaan dalam bentuk kerajaan belum terlihat, manusia pada masa
ini belum mengenal pakaian selain cawat dari kulit kayu yang bagi laki-laki
disebut Tembeba dan untuk perempuan disebut Pewo. Pada periodesasi ini, manusia
prasejarah yang masih bermukim dipuncak pegunungan mulai menuruni lembah dan
hidup dalam kelompok-kelompok kecil. Kekuasaan pada era ini bersifat
kediktatoran, di mana seseorang yang memiliki keberanian dan kemampuan untuk
menaklukkan yang lainnya maka dialah yang menjadi pemimpin. Kepemimpinan
berdasarkan penaklukan yang dimiliki oleh seorang laki-laki, yang kemudian disebut
Tomalanggai, menjadi bentuk kekuasaan pertama pada era prasejarah To Kaili.
Pada
priode Tomanuru masyarakat prasejarah Tomanuru mengalami perubahan besar ketika
mulai mempercayai adanya kekuatan besar dan lebih tinggi dari manusia.
Perubahan besar itu ditandai dengan munculnya mitos Tomanuru atau manusia
perempuan yang dianggap jelmaan dewa dari kayangan, yang menjelma dari serumpun
bambu kuning emas (bolovatu bulava). yakni hadir/muncul dari bambu kuning
keemasan. Namun dari penemuan data-data baik melalui internet, buku-buku
bacaan, serta makalah-makalah mengenai Tomanuru begitu beragam versinya. Ada
yang keluar dari batu, ada dari pohon, dari ikan dan bahkan ada juga yang turun
dari khayangan hinggap dan duduk di pohon Kaili. Tomanuru dalam bahasa kaili
dikenal dengan sebutan Topebete,
Berangkat
dari ilmu pengetahuan
Antropolog,
Folklor dan Semiotika.
Ilmu
Pengetahuan adalah kajian yang merupakan salah satu dari buah pemikiran
manusia, yakni antropolog, folklor
dan semiotika. Secara harfiah antropologi
berasal dari dua kata bahasa Yunani anthropos
yang berarti manusia dan logos yang
berarti ilmu. Antropologi ialah disiplin ilmu yang menelaah seluk-beluk umat
manusia. Sementara folklor meliputi legenda, musik, sejarah lisan, pepatah, lelucon, takhayul, dongeng, dan kebiasaan yang menjadi tradisi dalam suatu budaya, subkultur, atau kelompok. Folklor juga merupakan serangkaian praktik yang
menjadi sarana penyebaran berbagai tradisi budaya. Bidang studi yang
mempelajari folklor disebut folkloristika. Istilah folklor berasal dari bahasa Inggris, folklore, yang pertama kali dikemukakan oleh sejarawan
Inggris William Thoms dalam
sebuah surat yang diterbitkan oleh London Journal pada tahun 1846. Folklor berkaitan erat dengan mitologi.
Ilmu semiotika
yang dikenal dengan hukum tanda-penanda. Mengiat bahwa sejarah berkait
erat dengan pendidikan maka perlu kiranya kita menengok dan melacak sejauh
manakah ajaran itu masih dan memang ada dilingkungan masyarakat dan lembaga
pendidikan Bila dikaji dari sisi antropologi, zaman era prasejarah Tomalanggai
bermula pada era mesolitikum, yakni
era peralihan dari peradaban batu tua (paleolithikum)
menuju pada era peradaban batu muda (neolithikum).
Zaman ini ditandai dengan kehidupan manusia yang belum hidup menetap atau
berpindah-pindah dikenal dengan sebutan primitif atau manusia purba yang hidup
di zaman batu, beberapa benda-benda bersejarah terpajang rapih di museum
Propinsi Sulawesi Tengah, yakni kapak batu dengan belbagai bentuk yang berbeda.
Bila dianalisis dengan kajian filsafat logika dapat dirunut turunya Tomanuru ke
bumi pada zaman prasejarah akhir neolithikum
dan zaman perunggu besi, pada zaman inilah dewa kayangan menurunkan Tomanuru ke
bumi.
Pembenturan Mitologi
Tomalanggai dan Tomanuru dengan Konteks kekinian
Mitologi
ialah penyelidikan terhadap mitos atau hikayat-hikayat (dongeng-dongeng)
tentang dewa-dewa/roh atau mahluk halus. Mitos itu sendiri berhubungan dengan
kepercayaan primitif tentang kehidupan alam gaib. Mitologi Tomanuru diadaptasi
kembali menjadi “:Panoto Muli”. Dalam naskah “Panoto Muli” Tomalanggai hanyalah
simbol dari manusia itu sendiri, yang memiliki sifat berani, disegani, keras
dan tegas. Sementara Tomanuru bukan lagi titisan dewa dalam wujud manusia yang
keluar dari bambu kuning keemasan, bebatuan, pepohonan dan ikan melainkan sebuah
pertunjuk atau intuisi, bisikan hati yang diberikan Tuhan, dalam kata lain
sering dikenal dengan sebutan ilham. Masuk ke dalam pikiran manusia, sehingga melahirkan
ide-ide atau gagasan-gagasan menciptakan sebuah teknologi. Ini bisa dibuktikan
dengan kemunculan Tomanuru dari bambu, batu, pohon dan ikan. Kemunculan
Tomanuru dari perwujudan benda-benda ini telah melahirkan sebuah teknologi,
yakni munculnya kalung berbentuk kelamin perempuan yang terbuat dari perunggu
to ri Kaili menyebutnya tai ganja.
“Panoto
Muli” naskah sutradara M.Noerdianza berangkat dari realitas sosial masyarakat
Kota Palu yang mayoritas didiami oleh suku Kaili. Alangkah primitifnya
pemikiran kita mencipta konflik sesama suku, antar saudara, sedarah,
sekeluarga. Apa yang patut kita banggakan dari peristiwa kalah dan menang? Kehormatan,
harga diri. Sah-sah saja mempertahankan kehormatan dan harga diri.. itu
penting, tetapi kita juga harus tahu di mana kita harus menempatkannya. Konflik
berkepanjangan sesama suku hanya melahirkan sebuah penyesalan yang mendalam. Anak
kehilangan Bapak, Bapak kehilangan saudara kandung, ibu kehilangan anak dan
suami, bahkan rumah tempat peristrahatan. Bukankah kita sendiri menyadari bahwa
hidup ini hanya sebuah titipan, manusia tidak ada yang kekal dan abadi, hanya
sang pengukir bumilah satu-satunya pemilik bumi ini. Sebab hakekat dari hidup
itu sendiri bagaimana manusia saling menghormati sesamanya dan manusia dengan
penciptanya.
Zaman
modern ini hal apa saja bisa dilakukan. Tapi sangat disayangkan lebih banyak
melahirkan pemikiran negatif ketimbang pemikiran positif. Menciptakan senjata
digunakan untuk saling membunuh. Ini sama halnya dengan pemikiran manusia purba.
Zaman saja yang berubah tapi pemikiran-pemikiran kita masih sangat primitif
suka meniru dan ikut-ikutan masa bodoh apakah itu buruk adanya. Kesenian bukan
semata media hiburan, melainkan sebagai naskah dan dakwah, sebagai media
penyadaran, media penyampai pesan dan media pendidikan. Apalah artinya kesenian
bila terlepas dari derita lingkungannya.
Semiotika dalam naskah “Panoto Muli”
Seperti
yang telah dipaparkan di atas bahwa semiotika adalah hukum tanda dan penanda.
Serta aliran, gaya, dan bentuk pemanggungan kontemporer. Tetapi konvensi masa
lalu tidak dibuang melainkan sebagai dasar pijakan. Misalnya; penghadiran dua
tokoh Tomalanggai dan Tomanuru. Kedua tokoh inilah yang dijadikan dasar pijak mencipta
tanda-penanda dalam “Panoto Muli” naskah sutradara M. noerdianza, bahwa Tomalanggai
sebagai gambaran manusia itu sendiri. Penghadiran Cahaya melalui LCD Proyektor
adalah simbol turunnya Tomanuru atau ilham, yang merubah pola pikir manusia
tradisi (kebiasaan yang diajarkan secara turun-temurun ) menjadi modern, yang
di visualkan melalui transisi tubuh purba ke tubuh modern. Menggambarkan
peristiwa tubuh purba saat beraktivitas dan tubuh purba saat berburu. Sementara
pengkajian melalui folklor tidak ditemukan data-data tertulis gaya bahasa
maupun dialog di era prasejarah Tomalanggai. Penulis tidak serta-merta membuat
bahasa tersebut, melainkan juga melalui observasi, ada
yang
bilang bahasa Kaili dulu hanya 2 huruf, yakni “Ai” berkembang menjadi “Iya”,
lalu kemudian menjadi “Ai iya”. (nara sumber Kais). Ada juga yang mengatakan
bahasa Kaili itu seperti penggabungan 4 bahasa, yakni Arab, Cina, Jepang dan
India. (nara sumber Djaludin) Dari ke 4 bahasa ini penulis mencoba
menggabungkan garis besarnya saja dari ragam bahasa tersebut misalnya; dalam
bahasa arab lebih menekankan kata ‘Qa’, dan ‘Kha’. Sementara dalam bahasa cina
lebih kepada ‘Ci’, Jepang ‘Haii’ dan India ‘Ceiya’ dan ‘nehy’. Alasan
penciptaan bahasa baru ini bukan semata mencari sensasi ataupun sebagainya ini
dikarenakan tidak adanya data-data peninggalan sejarah tertulis mengenai gaya
bahasa zaman era pra sejarah Tomalanggai. Jadi menurut penulis sah-sah saja mencipta
dan membuat kembali bahasa baru kemudian disepakati bersama Aktor dan Sutradara.
Bukankah bahasa tercipta melalui sebuah kesepakatan? Sementera penghadiran
gerak tari antara Tomalanggai dan Tomanuru sebagai simbol dari sifat manusia
yang hidup berawal pada peniruan dan penanda kesetaraan antara kaum perempuan
dan laki-laki. Serta proses penciptaan ide/gagasan antara manusia dengan
pikirannya. Bunyi suara bayi menangis. sebagai simbol berhasilnya proses
penciptaan, divisualkan melalui gedung-gedung, Senjata, Parang, Panah, Sumpit.
Lahirnya
benda-benda dari hasil penciptaan melalui ide/gagasan atau ilham seperti
sumpit, panah, senjata dan parang, malah digunakan untuk membunuh sesama.
Dengan anggapan biar dibilang pemberani, biar disegani, biar dibilang hebat,
merasa diri benar, tidak mau mengalah dan merasa diri lebih berkuasa. Zaman
modern hanya nampak pada perkembangan teknologi, dengan hadirnya gedung-gedung,
jembatan dan sebagainya tetapi pada pemikiran individu manusia masih sangat
primitif. Contoh kasus yang sering terjadi dalam realitas sosial kita di Kota
Palu, perkelahian sesama suku. Tanpa kita sadari apa bedanya kita dengan
manusia primitif.