Sabtu, 25 Februari 2012

Konsep "I Mangge Mpobilisi"



Konsep
“I mangge Mpobilisi”
Karya Ashar Yotomaruangi Sutradara M.Noerdianza


Nampaknya kehidupan tradisi kita kian rapuh
begitu banyak usaha, terutama dalam bentuk pertunjukan
baik teater, musik, tari, yang mengangkat kebudayaan lokal
dan kurang mendapatkan perhatian
Sudah demikian berurat akar di dalam kehidupan masyarakat kita?
Adakah tradisi yang kita agul-agulkan yang selalu membuat diri kita menepuk dada sebagai bangsa yang memiliki nilai-nilai adiluhung
sebagai khasanah kehidupan kita masih berfungsi untuk menahan laju, atau minimal menciptakan suatu cara berpikir kritis, jernih, dan mendalam demi kemajuan seni dan kebudayaan lokal
Di mana bumi dipijak disitulah langit dijunjung. berangkat dari motto inilah pertunjukan berbahasa Kaili akan dipentaskan, sebab bahasa tidak lepas dari ciri, watak, yang menggambarkan kepribadian diri seseorang di mana ia lahir dan dibesarkan. Teater berbahasa Kaili tentunya masih begitu asing untuk dipentaskan, mengingat kota Palu tidak hanya didiami suku kaili saja. Hal tersebut bukanlah kendala melainkan motivasi dan tugas kita bersama mengangkat bahasa kaili kepermukaan. Kita harus berani bermimpi, karena dengan mimpi kita akan terus terpacu untuk melakukan berbagai hal (Rusdi Mastura, 2011: 94). 
Peristiwa teater selama ini hanya berpusat di kota tanpa melibatkan masyarakan pinggiran kota. Dengan adanya teater berbahasa Kaili yang terjun ke desa-desa, kaki-kaki gunung, sudah barang tentu akan lebih mempererat  psikologis dan sosiologis dengan masyarakat setempat. Beberapa alasan dan opini di atas yang sebenarnya menjadi kegelisahan, stimulan sekaligus motivasi Sanggar Seni Lentera untuk kembali membuat pementasan. Maka untuk menjawab kerinduan publik teater di Kota Palu, SSL akan muncul dengan produksi teater berbahasa Kaili. SSL kembali menyuguhkan dengan format ”Teater Berbahasa Kaili” dengan konsep ruang pemanggungan out door



Pertunjukan Teater berbahasa Kaili dengan juduI  “I Mangge Pobilisi” karya Ashar Yotomaruangi akan dipentaskan keliling dari Kabupaten ke Kabupaten dari Kota ke Desa. Pilihan tempat pementasan Sanggar Seni Lentera out door setting yang digunakan merespon ruang yang ada. Anggaplah ini sama halnya mengunjungi rumah sendiri dan mengakrapinya. Rumah yang nanti kita menciptakan peristiwa teater bersama-sama. Peristiwa kebudayaan dengan melibatkan unsur apa saja dan siapa saja. Peristiwa dan perjumpaan di luar rumah yang hangat dan penuh kekeluargaan. 



(Mei 2011 M. Noerdianza)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar